Why Must We Suffer?

You either are a helpless husband or a deteriorating wife and yet, it is the marriage which dies. Why then, we must suffer? It doesn't matter what is snatched away - favourite toy, dreams or family…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Alasan Saya Mencintai Geografi

Tempo hari menyelesaikan misi kecil yang diperintah oleh tetangga seorang Sheriff, pekerjaannya kurang lebih melacak sumber informasi lokasi dari pelaku kriminal ‘curas’ dalam sebulan terakhir. Sejak beberapa kesempatan, saya setengah gila jika ada urusan ini, terlebih lagi berkaitan dengan aspek lokasi. Setelah semua itu selesai saya baru terpikir, jika perintah tersebut ditujukan kepada orang lain, apakah orang lain akan antusias dengan kegiatan ini? Beberapa menganggap saya autis atas kegemaran tersebut. Namun bagaimana itu terjadi, cerita akan mundur 18 tahun lalu di medio 2005.

Sejauh ingatan pribadi, kemunculan gairah terhadap hal yang berhubungan dengan lingkup spasial ini terjadi dalam berbagai periode. Dimulai dari masa kecil saya hidup di kontrakan petak yang berisi orang dari berbagai wilayah, saat itu tentu tanpa menyadari adanya perbedaan. Namun seorang anak memiliki pikiran yang usil dan terus bertanya. Orang tua saya berbicara dengan bahasa yang sama, tetapi mengapa tetangga saya berbeda, orang lain bahkan memiliki bahasa, rupa, dan kebiasaan yang berbeda.

Saat duduk di sekolah dasar, di sekolah ada sebuah acara bazar buku, sebagaimana anak-anak pada umumnya yang masih fokus bermain (sampe sekarang), acara tersebut sama sekali tidak menarik, hal paling menyenangkan di acara itu hanya karena murid tidak belajar di kelas. Tak ada satu pun buku yang saya minati untuk dibaca, namun ada 1 hal yang menarik perhatian, yaitu sebuah bola besar miniatur bumi yang setelahnya baru saya tahu benda menarik itu bernama ‘globe’.

Anak-anak cenderung tertarik pada sesuatu yang terlihat menarik dan berbeda, bola globe memiliki bentuk lebih menyegarkan mata jika dibanding buku yang anak sekolah sudah jengah bertemu setiap hari. Saya semakin larut dalam perhatian yang tak biasa anak-anak lalui di setiap bazar buku, sambil terus memutarnya hingga menemukan negara Repulik Rakyat China (saat itu belum ada Tiongkok), kemudian saya berpikir ‘jauh juga ya asal si Doddy’, seorang teman beretnis Tionghoa yang setiap hari minggu menolak main karena alasan pergi ke gereja, lalu menyadari jika banyak manusia lain hidup di luar sana.

Melihat ada seorang anak yang begitu tertarik dengan dagangannya, sang penjaja buku tersebut menawarkan jika ada kumpulan negara-negara itu dalam bentuk buku, yaitu Atlas. Ini adalah jatuh cinta pertama saya dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan. Mengapa, karena pada buku ajaib tersebut tak hanya berisi rentetan peta yang masih tampak menjemukan jika seketika berbubah wujud menjadi buku, namun juga lengkap dengan bendera negara, detail ‘legenda’ yang menjelaskan persebaran gunung berapi, danau, jalan kereta, hingga sumber daya mineral yang terdapat di setiap wilayahnya.

Sejak saat itu, saya mulai tertarik dengan daerah-daerah yang ada di dunia, yang secara otomatis merembet kepada mencintai segala hal, karena segala hal berhubungan dengan dunia serta daerah/lokasi. Perubahan hidup perlahan terus berganti, yang tadinya saya merasa kesal jika TV diganti ke channel berita, saat itu saya menjadi tertarik karena dalam sebuah berita pasti ada penjelasan tentang nama kota/negara. Yang tadinya kesal jika acara kartun saya diganti ke acara tinju di hari minggu, saya menjadi suka olahraga tersebut karena terdapat penjelasan tentang daerah asal petinju, saya jadi tahu betapa rivalitas tinju antara Meksiko-Puerto Rico cukup kuat di negaranya. Terlebih saya pun jadi mengerti alasan mengapa sepakbola menyajikan atmosfer yang lebih panas jika dibumbui oleh unsur kedaerahan.

Selama masa itu hari-hari saya hanya diisi dengan membaca atlas & menonton sepakbola, di luar kenakalan anak-anak. Sampai-sampai kegiatan rutin saat pulang sekolah sebelum main adalah menonton acara si bolang yang dilanjut dengan laptop si unyil. Mengapa demikian, karena dalam suguhan acaranya pasti menyebut keterangan di mana daerah dan budaya setempat, dan semua acara televisi berkonsep jalan-jalan. Setiap pembawa acara menyebutkan lokasi saya siap dengan atlas dan mencari di mana lokasi tersebut, sungguh kegiatan yang sangat autis.

Pada masa tersebut sekitar tahun 2007, seorang kerabat tua saya yang sudah sering bekerja keliling Indonesia mungkin melihat ketertarikan saya yang begitu besar terhadap peta, saya sering bertanya kepada beliau karena beliau pun sering bercerita tentang kehidupannya di kota lain. Saya lebih suka bertanya kepadanya karena saudara saya terbilang berwawasan tinggi dan selalu menjawab dengan cepat serta akurat. Saya pun sering mengajukan pertanyaan kepada orangtua saya namun selalu dijawab dengan asal-asalan, kenapa bisa tahu? setelah bertanya kemudian saya memastikan dengan melihat atlas dan jawabannya salah.

Beliau menyarankan sebuah teknologi bernama komputer yang terhubung dengan koneksi internet, ia menawarkan solusi bak seorang marketing indihome jika dengan memiliki komputer tabung+jaringan internet saya dapat melihat apapun yang ada di dunia, tanpa terkecuali. Saya yang masih anak kecil tetap belum memahami konsepnya, lanjut menjelaskan “misal, kamu ketik Banten, nanti muncul gambarnya di Banten kayak apa”. Dalam benak saya saat itu, inilah suatu benda yang saya impikan sejak lama, kemudian mencobanya di rumah kerabat yang mempunyai internet.

Saya masih ingat betul kata pertama yang saya ketik di halaman depan bertuliskan GOOGLE, berawal dari nama-nama kota yang populer, saya belum mempercayai sepenuhnya jika di internet banyak informasi yang tidak mainstream, kemudian jari mengetik “Milan, Italia, Istanbul, Turki” dan! Saya menemukan fakta baru jika Turki adalah negara pertemuan antara benua Asia-Eropa. Jari saya mulai berimprovisasi dengan perlahan, pada masa itu orang-orang belum terbiasa dengan urutan abjad QWERTY. Hasil pencarian saat itu dalam bahasa Indonesia, saya mulai mensiasati, terbesit pikiran “kalau internet ini buatan luar negeri, apakah penjelasan lebih lengkap jika mencari dengan bahasa Inggris”?

Kemudian jari saya kembali mengetik “Javanese Suriname”, saya teringat guru IPS pernah menjelaskan jika ada orang jawa di luar negeri, dan ternyata itu bukanlah sebuah omong kosong belaka, etnis itu mengisi hampir 14% populasi negara tersebut pada era kolonial.

Saya pikir, Suriname adalah negara yang dekat dari Indonesia secara bagaimana bisa banyak orang pindah ke benua lain secara masif & serentak. Karena saat itu belum tahu apa bahasa Inggrisnya peta, saya hanya menulis “Peta Suriname”, baris pertama dari mesin pencari bertuliskan ‘Suriname Maps’, dan benar saja itu berisi sebuah peta dengan atribut yang lebih kompleks. Meskipun saat itu hanya ada tab foto dan citra satelit, menurut saya pribadi itu adalah pemandangan yang sangat ‘fresh’ dibanding sebuah buku atlas yang telah saya baca setiap hari selama 2 tahun terakhir, karena di google maps satelite kita bisa melihat bagaimana penampakan nyata dari sebuah lokasi, di seluruh dunia, tampak lebih futuristik dari atlas yang hanya berupa gambar diam berskala.

Fitur tersebut dapat digulir kemana pun kita mau se-antero bumi, menemukan fakta selanjutnya jika ternyata Suriname adalah sebuah negara yang sangat jauh dari Indonesia (lokasi nya dekat Brazil), ada sebongkah keniscayaan yang lebih daripada buku atlas, juga ternyata memungkinkan manusia pergi ke tempat di cakrawala lain yang terdengar tidak masuk akal saat itu.

Rasa ingin tahu itu telah berjalan selama 18 tahun hingga sekarang & semoga untuk selamanya. Penemuan ciamik ini adalah alasan saya tidak pernah khawatir dan gelisah akan kesendirian ketika di rumah, maupun di jalanan. Juga alasan tidak pernah merengek berlebihan ketika putus hubungan dengan manusia yang sekiranya tak mempunyai impact postif dalam hidup, tidak suka berjudi, tidak suka main game, tidak suka mengikuti apapun demi memenuhi ekspektasi cemen orang lain, tidak terlalu peduli dengan hal negatif yang sebenarnya hanya dibuat-buat oleh diri sendiri, keadaan yang hampir separuh autis, selama ada maps, sesuatu yang bisa dikulik tidak akan pernah habis & setelah dipikir-pikir geografi telah cukup menyita banyak waktu dalam kehidupan pribadi.

Mundur kembali ke masa sebelum internet dimana saya sering diceritakan tentang dunia luar oleh kerabat saya, yang membuat saya sangat mencintai google maps adalah ketika saya membayangkan kehidupan di sana, keyakinan jika suatu saat ada kesempatan tak akan terbuang karena sudah riset selama bertahun-tahun lamanya.

Salah satu yang paling berdampak besar adalah, walaupun seorang pemalu, sejak saat itu saya tidak takut lagi mengawali pembicaraan dengan orang baru. Obrolan seputar topik geografis pada stranger adalah intro paling aman. Jika kita tahu daerah dia, saya sudah tak lagi memperdulikan mana orang yang nyambung dari segi minat, alias lebih mudah untuk relate, karena minat manusia bisa saja berbeda, namun kedekatan historis & budaya adalah aspek universal yang dimiliki semua orang.

Selama ada geografi, sesuatu yang bisa dikulik tak akan pernah ada habisnya, geografi adalah basic dari kehidupan, juga alasan, siasat dan solusi dari setiap perang.

Add a comment

Related posts:

Analyse Your Commodity Trading By Getting Rates In JSON API

Would you like to invest in stock products? Read this article about this commodities rates API that will help you do it easily and simply! Commodity traders can anticipate the trend’s direction over…

Global Flu RNA Vaccines Market Research Report 2022

The research report includes specific segments by region (country), by company, by Type and by Application. This study provides information about the sales and revenue during the historic and…

What is Software Quality Assurance?

Software Quality Assurance plays a vital role in the software development life cycle. Also, a subset of Quality Management and Quality control is a subset of Quality Assurance. Along with the…